Meninggalnya Marco Simoncelli Ajarkan Dani Pedrosa untuk Memaafkan

Meninggalnya Marco Simoncelli Ajarkan Dani Pedrosa untuk Memaafkan

Dani Pedrosa mengulas kembali kejadian yang membuatnya marah kepada mendiang Marco Simoncelli. Namun, pada akhirnya kematian pria asal Italia itu mengajarkannya untuk memaafkan orang lain.

Pada 15 Mei 2011 di MotoGP Prancis, terjadi kecelakaan antara Pedrosa dan Simoncelli. Keduanya bersenggolan di putaran 18 saat sedang memperebutkan posisi.

Namun ternyata Simoncelli yang berusaha menyalipnya malah terjatuh hingga mereka berdua tersungkur di atas gravel. Kejadian itu pun membuat Super Sic mendapatkan penalti dan harus memberikan penjelasan kepada Race Director MotoGP.

Insiden tersebut membuat Pedrosa menderita patah tulang selangka yang membuatnya absen dalam tiga balapan hingga posisinya di puncak klasemen tergusur. Oleh karena itu, ia benar-benar marah kepada Simoncelli dan bahkan enggan menjabat tangannya lagi.

“Saya mengalami bagian terburuknya, yaitu patah tulang selangka saya dan mereka harus mengoperasi saya dua atau tiga kali berturut-turut karena mereka tidak dapat memperbaikinya dengan benar,” terang Pedrosa, dikutip dari Motosan, Senin (22/7/2024).

“Saya melewatkan tiga balapan, saya membuang kejuaraan dunia yang saya pimpin, ke tempat sampah,” imbuh pria asal Spanyol itu.

Pada akhirnya, Simoncelli meninggal dunia dalam kecelakaan fatal di Sirkuit Internasional Sepang, Selangor, dalam MotoGP Malaysia 2011. Dari situlah, Pedrosa baru bisa belajar untuk memaafkan apa yang sudah terjadi meski benar-benar malah saat itu.

“Kita semua melakukan kesalahan, namun hal yang penting adalah belajar ketika kita gagal atau ketika kita bereaksi. Dengan cara tertentu, karena Anda selalu bisa merenungkannya nanti dan jika ada kesempatan nanti, minta maaf lah,” jelas Pedrosa.

“Pada saat itu Anda sudah bisa berdiri sendiri dan sulit untuk memaafkan seperti itu dan itu adalah sesuatu yang Anda proses kemudian. Dalam hal ini saya tidak punya cukup waktu untuk memprosesnya karena sayangnya dia telah meninggal dunia,” tambah pria berusia 37 tahun itu.

“Saat itu juga saya memahaminya dan saya adalah salah satu orang pertama yang pergi ke kotak tempat ayahnya berada,” pungkas pembalap penguji KTM itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *