Pembalap Ducati Lenovo Team, Marc Marquez, menyebut dominasinya di MotoGP 2025 mengingatkannya kepada musim 2019 ketimbang musim 2014. Perlu dicatat, bahwa 2014 dan 2019 merupakan musim terkuat Marquez di kelas para raja, di mana ia nyaris tak terkalahkan.
Pada 2014, Marquez meraih 14 podium, termasuk 13 kemenangan, dari 18 seri. Sebanyak 10 dari 13 kemenangan kala itu bahkan ia raih secara beruntun. Pada 2019, ia meraih 18 podium, termasuk 12 kemenangan, dalam 19 seri. Kala itu, ia juga merebut gelar dunianya yang kedelapan.
Musim ini, 14 seri telah berlalu. Marquez mengantongi 14 podium Sprint, termasuk 13 kemenangan. Selain itu, ia juga meraih 12 podium Grand Prix, termasuk 10 kemenangan. Masih ada delapan seri tersisa, sehingga rider Spanyol ini masih bisa menambah koleksi medali dan trofinya.
Harus Jaga Konsentrasi, Tak Boleh Kelewat Percaya Diri
Tak cuma itu. Marquez juga sedang memimpin klasemen dengan 455 poin, unggul 175 poin dari Alex Marquez di peringkat kedua. Ia berpotensi mengunci gelar dua seri lagi, tepatnya di Misano. Ia pun mengakui keunggulan poin yang masif ini tidaklah wajar, bahkan bagi standarnya sendiri.
“Saya rasa ini bukan hal yang normal. Bahkan dalam mimpi terbaik saya pun hal ini tidak normal. Dalam mimpi saya, saya hanya berjuang merebut gelar dunia, berusaha tetap berada di antara yang terbaik, dan bertarung hingga akhir,” ungkapnya kepada GPOne, Sabtu (23/8/2025).
“Sekarang kami memiliki keunggulan besar, dan setelah jeda musim panas, kami langsung kembali ke performa terbaik, di level yang sama seperti ketika kami rehat. Sekarang, yang krusial adalah menjaga konsentrasi dan tidak terlalu percaya diri,” lanjut rider berusia 32 tahun ini.
Bertarung di Depan dengan Banyak Rival Berbeda
Meski menyadari dominasinya, Marquez menyebut musim 2025 lebih mirip dengan 2019, ketika ia kerap bertarung dengan Andrea Dovizioso, Maverick Vinales, Alex Rins, Fabio Quartararo, dan Danilo Petrucci. Musim ini, ia kerap berjibaku dengan Alex Marquez, Pecco Bagnaia, dan Marco Bezzecchi.
“Ini mirip dengan 2014 atau 2019, mungkin lebih ke yang terakhir. Pada 2014 saya sering menang, seperti tahun ini, tapi pada 2019 saya selalu di depan bersama lawan-lawan berbeda. Ada rival yang mengalahkan saya di beberapa kesempatan, tapi saya selalu di antara yang terdepan,” tuturnya.
“Itulah hal terpenting: konsistensi. Akan datang sirkuit berbeda, seperti Barcelona, yang saya anggap sebagai trek yang tak bersahabat bagi saya, di mana mungkin mereka bisa mengalahkan saya, tetapi saya akan coba naik podium. Target saya adalah selalu finis di tiga besar,” pungkasnya.